I am somebody. I am me. I like being me. I need nobody to make me somebody. Novita Yuliantari's Blog

Saturday, March 2, 2013

SENJA

Entah sejak kapan, aku tak pernah tahu pastinya. Entahlah, kini aku selalu menantikan kedatangannya. Menantikan senja. Teramat sangat berbeda dengan aku yang dulu yang tak pernah peduli akan kedatangannya. Tak pernah sekalipun aku bayangkan, bagaimana senja bisa merenggut hatiku seperti ini. Senja dikala itu, senja yang begitu indah. Langit merah, bau kota di kala itu, dan aku masih mengingatnya dengan jelas. Hamparan rumput hijau, suara kendaraan yang hilir mudik, teriakan anak-anak yang sedang bermain, pedagang kaki lima, dan orang-orang yang melepas penat menikmati senja, semua itu masih tergambar jelas di mataku. Aku begitu menikmati senja itu, meski singkat dan kemudian dia menghilang. Meninggalkanku dan berganti dengan kegelapan malam.
Senja di kala itu, saat pertama kali aku melihatnya. Mengenalnya dan mendengar tawanya. Ya, dia yang kemudian perlahan merenggut perhatianku. Dia seperti senja, begitu menyejukkanku saat aku telah lelah menghadapi panas teriknya siang. Dia seperti senja, kala matahari telah menuju peraduannya. Aku masih dapat merasakan kehangatan sinarnya, meski telah meredup. Dia memberikanku keberanian untuk menatap pekatnya malam.
Ah, pikiranku menerawang entah kemana. Entahlah begitu banyak hal yang berputar di dalam kepalaku saat aku mendengar celotehannya. Aku tak pernah bosan, mungkin tak akan pernah bosan. Aku akan merindukan candanya, merindukan senyumnya, sama seperti aku merindukan senja saat aku menghabiskan malam, menunggu bergantinya hari. Entah mengapa begitu besar pesonanya, padahal aku tahu tak ada terangnya sang surya, tak juga ada indahnya cahaya bintang dan bulan. Tapi, tetap saja dia telah mengalihkan duniaku, merenggut hatiku, dan menghidupkan mimpi-mimpiku.
Dia tak pernah tahu, mungkin tak akan pernah tahu aku begitu mengaguminya. Meski terkadang aku ingin mengatakannya, mengatakan bahwa aku begitu mengaguminya. Mengatakan bahwa begitu ingin aku mendengar candanya di setiap hariku. Dia yang membuatku selalu menyunggingkan senyum di bibir kecilku. Aku pun terkadang ingin bertanya, bagaimana caranya merenggut hatiku. Aku telah larut dalam dunianya. Senja yang begitu elok.
Begitu singkat, itulah yang dapat aku rasakan. Ya, karena dia adalah senja. Singkat namun tetap melekat erat di pikiranku. Aku telah terpesona olehnya. Aku merindukan senja. Aku ingin melihatnya lagi, senja yang sama. Disini, di tempat yang sama aku menanti kedatangannya. Membunuh waktu, membunuh rasa keingintahuanku, dan setia menantinya, menanti senja yang aku kenal. Aku berharap bisa menemukannya, di pinggir kota ini. Aku bisa melihat hilir mudik kendaraan, canda tawa anak-anak yang sedang bermain, pedagang kaki lima yang sama. Namun, aku tak dapat menemukannya lagi. Masih terbersit harapan di hatiku untuk tetap menunggunya. Tapi, sang surya semakin meredup dan menghilang, berganti dengan dinginnya malam. Sama seperti dia yang kemudian menghilang.
Huh, aku pergi meninggalkan angan-anganku, kembali ke dunia nyataku. Kenapa aku mesti takut ketika senja menghilang? Kenapa aku harus menantinya dan berharap dia tahu apa yang selama ini aku rasakan? Bukankah aku hanya rumput liar? Tak pantas disandingkan dengan keelokan langit senja.
19.01.13
*) This story is dedicated to someone who ever touched my heart. (Cok).
***

No comments:

Post a Comment