I am somebody. I am me. I like being me. I need nobody to make me somebody. Novita Yuliantari's Blog

Wednesday, October 2, 2013

GELAS


Apakah kau tahu siapa aku? Tidak? Tak terlintaskah di pikiranmu untuk mengetahui siapa aku? Heh… lihat, kau bisa melihatku dengan jelas, bukankah aku ini nyata? Tidak? Kau masih tidak bisa melihatku? Baiklah, perkenalkan aku adalah gelas. Hmm… Kenapa? Kau tak percaya? Kau meragukanku? Ya, aku memang gelas, harus seperti apa aku meyakinkanmu. Aku adalah gelas, seperti itulah orang-orang memanggilku.
Disini, di tempat ini aku menghabiskan waktuku. Sudah hampir setahun. Awalnya, aku tak mengerti apa pun, aku hanya menjalani hari seperti apa adanya. Pasrah? Ya, mungkin bisa dikatakan seperti itu, aku pasrah. Tak ada yang berbeda di setiap hari yang aku rasakan. Semua sama saja. Namun, semua itu perlahan berubah seiring dengan perhatiannya pada ku. Kau tahu siapa dia? Tidak? Hmm, aku tak bisa mengatakannya, baiknya kita panggil saja dia pria tanpa nama.
Mungkin inilah yang disebut kehidupan. Begitu indah, senyuman dan tawa yang selalu ada sejak dia ada di hari-hariku. Begitu besar perhatiannya padaku, dan membuatku kemudian bertanya, apakah dia peduli padaku? Huh, kemudian aku menyadari bukan itu yang hendak aku ketahui. Bukan, bukan rasa peduli. Apakah dia menyukaiku? Hmm, bukan, bukan pertanyaan itu juga yang ingin aku ketahui jawabannya. Bukan. Pikiranku kemudian menerawang, apakah dia menyayangiku seperti aku yang kini sudah mulai menyayanginya? Ya, itulah yang ada di benakku saat ini. Sungguh, aku ingin mengetahui arti perhatiannya kepada ku.
Tapi, aku hanyalah sebuah gelas. Bagaimana mungkin aku bisa menanyakan hal itu padanya. Itu mustahil. Simpan saja semua pertanyaan ini, ya begitulah hatiku meyakinkanku. Kenyataannya, aku memanglah hanya sebuah gelas, aku menemani hari-harinya, namun aku tak bisa mengatakan sepatah kata pun padanya. Di tempat yang sama, aku hanya bisa termenung, memikirkan entah apa.
“Sadarilah siapa dirimu, jangan bodoh!” kata piring padaku. Dia mengagetkanku dan membuatku tersadar dari lamunanku.
“Sudahlah, aku tak mau mendengar kata-kata mu!” jawabku singkat.
“Kau memang keras kepala, apa yang kau harapkan? Bangunlah dari tidurmu! Aku bosan melihatmu seperti ini!” piring meninggikan nadanya dan membuat perasaanku semakin tak menentu.
“Dia peduli padaku, dia akan selalu ada bersamaku, itulah yang aku yakini!” aku mempertahankan pendapatku.
“Hei, sadarkan dirimu, kau seharusnya tahu siapa dirimu. Gelas, kau hanyalah sebuah gelas. Lihat dimana sekarang kau berada. Bukankah dia hanya akan datang saat dia memerlukanmu? Kemudian apa yang dia lakukan setelah itu? Menyimpanmu di rak itu dan menguncimu disana. Aku rasa kau tak terlalu bodoh untuk menyadari apa yang telah kau alami. Jika kau tak mengerti juga, aku pastikan kau adalah gelas terbodoh yang pernah aku temui.” Piring berkata panjang lebar. Aku hanya terdiam mendengar semua ucapannya.
“Tak usah bersedih, aku mengerti perasaanmu.” Kata Mangkuk yang sedari tadi hanya diam melihatku.
“Bukankah kau istimewa, bukankah kau menyebut dirimu wine glass? Sudahlah, bukankah kau tak sama seperti gelas-gelas yang lain.” Lanjut Mangkuk yang berusaha menenangkanku. Entahlah, aku tak tahu harus berkata apa. Sendok dan garpu menatapku, seakan-akan mereka tahu kepahitan yang kini aku rasakan. Aku masih terdiam, tanpa kata.
Aku merindukan dia yang dulu. Sungguh. Namun kenyataan yang ada membuka mataku dan menyadarkanku. Aku hanyalah gelas yang kini tersimpan rapi di rak miliknya. Ya, aku tidak terlalu bodoh untuk tahu bahwa dia akan datang saat dia membutuhkanku saja. Kemudian, melupakanku saat dia tak menginginkanku lagi. Tapi tetap saja, aku hanya sebuah gelas. Aku tak bisa mengatakan apa yang aku rasakan, kepedihanku. Dia tak akan pernah tahu. Yang dia tahu hanyalah aku akan selalu ada di tempat ini saat dia membutuhkanku. Dia tak pernah tahu kini aku telah berselimut debu. Yang dia tahu, aku adalah gelas yang kuat yang akan selalu ada untuknya. Bukankah aku ini adalah kaca?? Bisa remuk juga ketika aku sudah muak menghadapi benturan demi benturan dari kenyataan ini.

-NoveJuly-



1 comment: